Liburan semester kali ini, tiada yang spesial untukku dan hari-hariku. Hanya kegiatan-kegiatan yang membosankan saja yang dapat kulakukan. Membantu mama di toko, bermain laptop, membuka jejaring social, dan menonton TV. Tiada teman yang dapat aku ajak bermain, tertawa, dan mengadu pilu. Adik yang selalu sibuk dengan jadwal latihan tarinya yang tidak kenal waktu, dan Mama yang sibuk mengurusi toko kecilnya yang lumayan ramai. Semenjak Papa pergi, Mama harus membanting tulang sendiri mencari nafka untuk kami. Untuk membayar Lomba Tari adik yang sebentar lagi, dan untuk menabung biaya masuk SMA untukku.
Hari ini cerah sekali. Aku memutuskan untuk bersepeda sebentar sebelum membantu Mama di toko. Bersepeda sendiri, aku tak berani membangunkan Adik yang sedang tertidur lelap, karena aku tahu bahwa Adik sangat capek, beberapa hari ini guru tarinya menambah jadwal latihan tari adik untuk persiapan lomba.
Tiba-tiba saja seseorang anak laki-laki yang terlihat sebaya denganku, menabrakku, hingga aku terjatuh.”Tsuki No Me”, kata anak lelaki itu “Ihh..kamu hati-hati dong kalau bersepeda. Kalau belum bisa jangan bersepeda disini”, jawabku kasar. “Aduhh..aku minta maaf ya, ada bagian yang luka ?”, sapa anak lelaki itu. “aku minta maaf ya”, jawabnya menyesal. Tanpa memperdulikannya, aku langsung bergegas pergi meninggalkannya, dan kembali mengayuh sepedaku. Dia hanya menatapiku dengan rasa bersalah.
Setelah menjaga toko Mama, beliau membebaskan aku. Tak tahu apa yang harus aku lakukan, akhirnya ku ambil Laptop di lemari dan membuka jejaring social “Facebook”. Tiba-tiba saja ada seorang anak lelaki yang mengirimi aku jendela obrolan (chatting). “Malik Fajar, siapa itu ??”, tanyaku dalam hati. “Hai J”,sapanya ramah. “Kamu siapa ?”, ketikku dan segera membalas chattingannya. “Kenalkan, aku Malik, kamu nama kamu siapa ?”, Tanya anak itu ramah. “Raya !, gak bisa baca ya ?!”, jawabku kasar. Kucoba untuk melihat foto profil anak itu. Dan sepertinya aku pernah melihatnya. Kucoba ingat-ingat…Ah iya, dia anak yang menabrakku tadi pagi. Oh jadi dia.
Malam sudah larut. Adik sudah tertidur pulas. Dan Mama mengingatkan aku agar segera tidur, waktu sudah menunjukan pukul 23.30. Aku segera berlari menuju kamar, menutup wajahku dengan bantal. Dan tiba-tiba semuanya gelap.
Aku bermimpi, duduk di bangku pada sebuah taman. Lalu seorang anak lelaki menghampiriku. Pertama tama wajahnya tak jelas, tapi semakin dekat…
Aku mengenali anak itu. Dia Malik, anak yang menabrakku dan menchatting aku di Facebook. Dia mengajak aku tertawa. Aku merasa tenang ada disampingnya. Tapi ,tiba-tiba ia pergi, menjauh dari, jauh..jauhh. Dan semuannya menjadi gelap seperti semula.
Aku terbangun. Waktu menunjukan pukul 05.00. Aku segera keluar kamar, meninggalkan adikku yang tertidur. Aku mandi. Dan segera menuju lapangan dekat rumah, untuk bermain bulu tangkis bersama seseorang.
Sesampai disana, tak ada seorang pun yang dapat aku ajak bermain. Semua orang sibuk dengan permainan dan teman, sahabat, atau pacar mereka masing-masing. Aku terduduk lesuh diatas rerumput. “Andai aku punya pacar, pasti menyenangkan”, kataku dalam hati.
Tiba-tiba seseorang menghampiriku, ketika aku melihat keatas..Itu ternyata Malik, dia tersenyum padaku. “Mau main ??”, tanyanya ramah padaku.”Kamu lagi, kamu lagi. Yaudah deh, terpaksa main sama kamu. Ambil tuh raketnya !”, kataku kasar.
Kami bermain. Pertama-tama semuanya terasa kaku, tapi kelamaan, permainan ini terasa asik. Tiada yang bisa menghentikan permainan kami. Sampai akhirnya, kock yang kami gunakan untuk bermain, terjatuh di Lumpur. Malik menatapku selama beberapa saat, kemudian berkata “Kayaknya kita harus selesai mainnya”, sambil tersenyum.”Kamu benar, terima kasih ya buat pagi yang indah, kamu baik. Dan maaf, pertama-tama kenal sama kamu, aku jutek banget. Maaf ya Malik J”,kataku agak menyesal.”Ahahaha, tidak apa-apa Raya, yaudah sampai jumpa lain kali ya”, katanya. “Iya sampai jumpa juga”. Aku ingin melihatnya sekali lagi. “Malikkkk….”,teriakku. “Iyaa Rayaa ??”, “Hati-hati yaa”. “Pasti Raya J”. Dia berlari menjauhiku. “Bye Tsuki No Me”. Tsuki No Me ??
Malam sudah larut. Aku tak juga tidur. Aku teringat Malik. Sedang apa ya dia, apa dia memikirkan aku ?. Pertanyaan itu berputar di kepalaku. Ah..mengapa aku memikirkannya. Apa aku…. ???. Mungkinkah ????
Selesai membantu Mama. Aku menuju rumah. Dan segera membuka Facebook. Daftar Obrolan, apa disana ada Malik. Ah, iya.. dia sedang online. “Hay Malik”, sapaku. “Hay Tsuki No Me”, sapanya balik. “Apa sih Tsuki No Me itu ?”,tanyaku. “Tsuki No Me itu, bahasa Jepang yang artinya ‘mata bulan’”, jelasnya. “Terus, apa hubungannya sama aku ?, mengapa kamu selalu memanggilku Tsuki No Me ?”,tanyaku lagi. “Mata kamu itu indah sekali Raya, seperti bulan. Makanya, aku suka panggil kamu Tsuki No Me”, katanya.”Tsuki No Me, panggilan yang cantik. Aku suka kata-kata itu Malik”. Kataku.”Boleh, kalau aku memanggil kamu Tsuki No Me ?”,Tanya nya.”Bagaimana ya ???,, Emmmm…boleh dong Malik”, kataku senang.”Terima kasih Tsuki No Me”. “Malik…”. “Iya Tsuki No Me ?”. “BoLeh minta nomer HP kamu?”.Dia memberikannya. Dan entah mengapa hatiku terasa melonjak-lonjak. Tuhan, apakah aku benar-benar suka padanya ?
Aku sering mengirim pesan singkat pada Malik. Dan aku sadar, bahwa aku sayang padanya. Rasa itu hadir, tanpa aku minta. Rasa itu mengisi ruang hatiku, tanpa kusadari. Aku sayang kamu Malik, sayang sekali.
Hari yang cerah. Indahh, indah sekali. Bunga-bungan sedang tersenyum padaku. Menyambut hari yang seutuhnya milikku. Dengan Malik disampingku. Malik yang mewarnai hariku, dengan cintanya. Aku sayang kamu Malik
Pagi yang kelabu. Kicauan burung bagai nada sumbang bagiku. Hidung Malik mimisan "Malik, kamu mimisan !", kataku panik. "Tsuki No Me, aku mau ngomong sesuatu sama kamu, boleh ?",katanya lirih. "Apa Malik ?" . "Tsuki No Me, aku sedang sakit, aku sakit leukimia, Tsuki No Me, dan nanti aku akan pergi ke Singapura untuk berobat. Mohon doanya ya Tsuki No Me", "Pasti, Malik", aku menanggis. Dia memegang erat tanganku. kemudian langit menangis, aku melihatnya. Air matanya jatuh di tanganku. Biarkan hujan turun dan membasuh air mata ini.
Malik pergi ke Singapura untuk mengobati penyakitnya. Mungkin tak hanya untuk mengobati penyakitnya, tapi juga membawa seberkas harapan untukku. Agarku dapat bersamanya sampai nanti. Karenaku tak dapat kehilangan Malik. Aku sayang padanya. Sayang sekali. Malik jangan tinggalkan aku...
Malik sudah pulang, dia ada disebelahku. Menemaniku seperti sedia kala. Tapi ia masih sakit. Kami bernyanyi lagu kesukaan Malik, Ruang Rindu. Wajahnya tampak pucat. Namun ia tenang. Ia tersenyum dan mencium pipiku, dengan sayang
"Kau datang dan pergi
Oh, begiu saja..
Semua ku terima apa adanya
Mata terpejam dan hati menggumam
Di ruang rindu kita bertemu"
Mata Malik terpejam. Aku mencoba menyadarkannya, namun terlambat. Detak jantungnnya berhenti, detak yang mengiringi langkahku sudah tak ada lagi. Malik pergi untuk selama-lamanya. Meninggalkan Tsuki No Me-nya dan bayangan tentangnnya disini. Aku akan selalu mencintaimu Malik. Suatu saat kita akan bertemu lagi. Mungkin benar, kita akan bertemu di ruang rindu. Seperti pertama kita bertemu